Keutamaan mati syahid
abu zaid
Sobat, perang berkecamuk begitu dahsyat dan menghancurkan. Para Mujahidin Palestina bersatu menghadapi agresi penjajah yahudi yang dengan ganas melakukan genosida. Penjajah biadab keturunan kera dan babi itu membantai siapa saja di mana saja. Membantai anak anak, wanita dan orang tua, juga petugas kesehatan dan para wartawan. Yang semua mereka itu tak boleh diserang. Demikian pula penjajah keji itu membunuh dimana saja. Di rumah rumah, tenda pengungsian, sekolah bahkan rumah sakit. Sua juga merupakan tempat yang tak boleh diserang kecuali kalo dipakai bersembunyi tentara musuh.
Dalam perang itulah berguguran para syuhada
Merekalah orang orang yang beruntung
Orang orang yang dijamin masuk ke dalam surga. Mereka tetap hidup dengan mendapatkan rejeki dari Allah SWT.
Allaah telah berfirman:
قال الله تعالى: وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. [Ali Imran/3: 169].
Syekh Abdurrahman Al-Sa’di berkata: Firman Allah Ta’ala:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
Artinya berjihad melawan musuh-musuh agama Allah subhanahu wata’ala, dalam rangka meninggikan kalimat Allah. (أَمْوَاتًا) yang bermakna mati maksudnya adalah janganlah tersirat di dalam benakmu dan prasangkamu bahwa mereka telah mati dan sirna serta telah menghilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan dari bersenang-senang dengan kemegahan hidup dunia, karena dengan mati di jalan Allah, mereka mendapatkan apa yang lebih besar dari apa yang menjadi impian bagi setiap muslim yaitu mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mereka diberikan rizki dengan berbagai kenikmatan yang tidak merasakan keindahannya kecuali oleh orang yang diberikan nikmat oleh Allah dengannya”.
[Tafsir Al-Sa’di halaman: 124].
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Masruq berkata: Kami bertanya kepada Masruq tentang ayat ini:
قال تعالى: وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. [Ali Imron/3: 169]
Kita telah bertanya tentang masalah ini kepada Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam dan beliau bersabda:
أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنْ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ اطِّلَاعَةً فَقَالَ هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا قَالُوا أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِي وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنْ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِي أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا
Ruh-ruh mereka berada pada tembolok burung yang berwarna hijau yang memiliki sarang yang tergantung pada arasy, dia terbang di dalam surga kemanapun dia kehendaki, lalu dia kembali menuju lampu tersebut lalu Tuhan mereka melihat mereka dan berfirman: Apakah yang kalian inginkan?. Mereka menjawab: Apakah ada hal lain yang kami inginkan semantara kami telah dibebaskan terbang ke sana kemari di dalam surga ini kemanapun kami kehendaki. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata kepada mereka tiga kali, lalu pada saat mereka sudah mengetahui bahwa mereka tidak dibiarkan kecuali harus meminta sesuatu mereka berkata: Wahai Tuhan kami, kembalikanlah ruh-ruh kami pada tubuh-tubuh kami sehingga kami terbunuh kembali di jalan -Mu, lalu pada saat Tuhan mereka mengetahui bahwa tidak memilki hajat apapun maka merekapun ditinggalkan”.[Shahih Muslim: no: 1887].