Home SYARIAH ANTARA TOLERANSI YANG DIBOLEHKAN DAN PARTISIPASI YANG DILARANG ISLAM

ANTARA TOLERANSI YANG DIBOLEHKAN DAN PARTISIPASI YANG DILARANG ISLAM

22

Antara Toleransi Yang Dibolehkan dan Partisipasi Yang Dilarang Islam.

abu zaid

Islam agama yang paling toleran. Mengapa demikian? Karena memang ajaran Islam tidak boleh memaksa seseorang untuk memeluk alias masuk Islam. Di daerah daerah yang dikuasai Islam semisal palestina penduduknya tidak pernah dipaksa masuk Islam. Mereka dibiarkan menganut agama mereka sebelumnya. Mereka bebas beribadah sesuai agama sebelumnya. Bahkan dilindungi oleh khilafah dan tidak boleh diganggu. Statuseraka sebagai warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum muslimin. Kecuali hukum tertentu sesuai agama mereka dalam hal aqidah dan ibadah.

Surat Al-Baqarah Ayat 256

لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ  قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ  فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا  وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Jika akhirnya mereka, misal penduduk Palestina masuk Islam pun, itu karena kebenaran Islam yang sudah mereka fahami. Mereka berbondong bondong masuk islam karena islam adalah agama yang hak. Agama yang benar. Disinilah khilafah menerapkan syariat Islam untuk mengatur rakyat hingga mereka menyaksikan dan merasakan betapa nyaman diatur oleh Islam.

Islam memberikan toleransi. Yakni membiarkan mereka pada agama sebelumnya misal kaum Nasrani di Al Quds, orang Nasrani di Mesir, kaum Nasrani di Syuriah,  Nasrani di Libanon, orang orang Hindu, Budha dll di India. Memberikan mereka kebebasan beribadah tak boleh diganggu. Andai Islam intoleran seperti tuduhan keji penjajah kafir dan para jongosnya tak mungkin masih ada komunitas non muslim di negeri negeri tersebut.

Namun Islam sangat tegas melarang kita berpartisipasi dalam aqidah dan ibadah ataupun ajaran agama lain. Larangan tasyabuh bil kufar (menyerupai orang kafir) sangat tegas. Tidak boleh ambil islam kemudian ambil sebagian yang lain.

Surat Al-Baqarah Ayat 208

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ  إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

” Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh).

Beliau bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”

(HR. Ahmad dan Abu Daud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ (1/269).

Dalam hal hari raya juga Islam sangat tegas melarang kita berpartisipasi dengan hari raya orang kafir. Kita sebagai muslim sudah punya hati raya sendiri. Tidak boleh ikutan merayakan natal misalnya. Apalagi ikutan ibadah di gereja misalnya ikut misa natal maka akan membawa konsekuensinya yang berat yakni murtad dari Islam.

Perlu diketahui bahwa perayaan (’ied) kaum muslimin ada dua yaitu ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan,

كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

“Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.’

(HR. An Nasa-i no. 1556. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Jadi hari raya hanya boleh dirayakan oleh pemeluk agama masing masing. Inilah toleransi. 

Saat ini dimana umat Islam dalam posisi kalah dan dikuasai mulailah muncul perbuatan yang aneh aneh yakni ikut ikutan alias Partisipasi pada hari raya agama lain. Semisal natal bersama dll.

Hal tersebut sudah diperingatkan oleh ahinda Nabi Muhammad Saw, agar kita tidak melakukan nya

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”

 (HR. Muslim no. 2669, dari Abu Sa’id Al Khudri.).

Oleh karena itulah, dalam Islam toleransi dijamin. Silahkan setiap agama merayakan hari rayanya masing masing tak boleh diganggu. Namun partisipasi dengan hari raya agama lain tegas dan jelas dilarang.

Wallahu a’lam.[]