Kemenangan hakiki
abu zaid
Manusia begitu mendamba kemenangan dalam segala hal. Itu wajar saja karena manusia diberi oleh Allah naluri suka kekuasaan. Hanya saja tidak semua hal bisa dimenangkan. Yang paling penting kita bisa meraih kemenangan hakiki bagi tiap manusia. Lalu apakah kemenangan hakiki itu?
Allah SWT berfirman:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــا ۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. An-Nur 24: Ayat 55)
Kemenangan adalah harapan semua orang. Semua ingin menang. Bahkan menang dalam segala hal. Segala bidang. Sampai2 menghalalkan segala cara. Hingga tak punya rasa. Baik rasa malu, rasa welas asih, rasa sungkan dan segala tenggang rasa. Tabrak semua yg penting menang.
Seorang mu’min juga pasti ingin menang. Di dunia dan akhirat. Namun yg membedakan dengan orang lain adalah hakikat kemenangan yg dituju dan cara mencapainya.
Kemenangan bagi mu’min adalah ridho Allah. Bukan harta, tahta apalagi wanita. Apalagi hanya kursi jabatan yg belum tentu 5 tahun diduduki. Asal Allah ridho maka di manapun dan apapun serta bagaimanapun kondisi mu’min dia pasti menang. Maka setiap mu’min pasti ingin selalu taat kpd perintah dan larangan Allah agar diridhoi Allah. Tak ingin sekalipun melanggar karena dia faham resikonya. Tak ada dalam benak mu’min utk langgar dulu baru tobat karena dia faham belum tentu dia bisa balik kanan dari maksiat.
Bahkan andai harus hidup serba sangat sederhana dan terbatas pun ga masalah asal tetap taat kpd Allah. Dalam situasi yg menuntut maka nyawapun siap dilepaskan sbg harga ridho Allah. Karena itu kunci kesejahteraan dan kebahagiaan.
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Cara yg ditempuh mu’min utk menang cuma satu….taat. itu saja ga ada yg lain. Maka bagi mi’min jika Allah dan RasulNya sdh melarang berkoalisi dengan pihak pihak lain yg bukan golongan mu’min baik person maupun kelompok maka tak ada sikap lain kecuali taat. Tak akan muncul logika silat lidah, logika koprol jumpalitan dll sekedar bela diri bahwa koalisi itu boleh bahkan benar. Ini bukan sikap mu’min.
Jika Allah sdh melarang perempuan diangkat jadi kepala pemerintahan apapun levelnya, apapun jenis sistemnya, kapanpun masanya, dan siapapun orangnya maka pasti mu’min akan taat. Tanpa menyemburkan mantra mantra usang bela diri ala jahiliyah. Jika Allah sdh perintahkan utk hanya menerapkan syariatNya dalam sistem KhilafahNya maka hanya taat sikapnya. Meski itu sulit, bahkan andaipun sesulit memeluk bulan dan menggendong matahari bahkan lebih sulit dari mengarungi galaksi. Mengapa? Karena mu’min tugasnya hanya satu, TAAT.
Allah SWT berfirman:
Catatan Abu Zaid:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad 47: Ayat 7
Kemenangan itu konsekuensi ketaatan. Allah lah yg memenangkan dan mengalahkan. Bukan si mu’min yg menang dengan kekuatannya siapapun dia. Tugasnya hanya menjalankan perintah dengan segala hukum sebab akibat yg ada di muka bumi ini. Maka jika mu’min sdh benar jalannya sesuai perintah Allah dan RasulNya, dan sdg dijerahkan semua daya upaya pikiran, tenaga, harta bahkan nyawanya maka urusan dia sdh selesai. Allahlah yg akan menangkan dia dengan caraNya meski tak masuk akal manusia.
Allah SWT berfirman:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــا ۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. An-Nur 24: Ayat 55)
Lalu mengapa saat ini begitu banyak manusia yg suka berputar lidah mencari berjuta alasan utk melanggar perintah Allah? Untuk apa? Apakah dengan begitu dia berharap kemenangan? Kemenangan macam apakah yg dia hayalkan? Tidak, meski dia berhasil duduk di kursi empuk kekuasaan namun bukan karena jalan yg benar apalagi bukan untuk memerintah dengan syariat Allah yang kaaffah maka dia tdk akan pernah menang. Tidak akan pernah menang. Sekali lagi, tdk akan pernah menang. Bahkan pasti rugi karena telah condong kpd orang orang yg tdk taat.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَرْكَنُوْۤا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ ۙ وَمَا لَـكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.”
(QS. Hud 11: Ayat 113)
Padahal apa masalahnya, andai semua mu’min di muka bumi ini harus mati hari ini juga, karena taat atas perintah dan larangan Allah SWT?
Apakah ada kerugian bagi mu’min? Tdk, sungguh mu’min itu sdh pasti menang.
Maka, kawan kawan mu’minin wal mu’minat marilah kita istiqomah di jalan Nabi Muhammad saw yg gamblang dan jelas. Ga usah belak belok hanya karena sedikit remah dunia. Itulah sikap Nabi kita dan para pendahulu salaful ummah shg Allah menangkan mereka.
Allah SWT berfirman:
قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْۤ اَدْعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ ۗ عَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَاۡ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Katakanlah (Muhammad), Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”
(QS. Yusuf 12: Ayat 108)