SUAMI, ISTRIKU AKU MENCINTAIMU KARENA ALLAH
abu zaid
Jika cinta suami istri sebatas fisik yang cantik atau tampan, gagah atau aduhai, maka cinta itu akan hilang tak lama setelah fisik suami atau istri berubah karena usia atau gegara hal lain.
Jika cinta suami istri sebatas hartanya maka juga akan hilang jika hartanya hilang. Atau ketemu dengan orang lain yang lebih kaya.
Demikian pula jika cinta suami istri karena embel embel duniawi lainnya, semisal pangkat jabatan, status sosial, kecerdasan, gelar akademis dll maka tak lama cinta itu akan hilang. Mengapa? Karena semua itu tak langgeng. Suatu saat akan hilang. Atau akan ketemu dengan orang yang lebih tinggi dalam hal hal itu. Maka cinta akan mudah berpindah ke lain hati.
Cinta hakiki yang insyaallah akan abadi hingga ke Jannah adalah cinta hanya karena Allah. Cinta dalam bentuk pengakuan bahwa Allah lah pemilik cinta dan orang yang kita cintai. Allah-lah pemilik diri kita juga pemilik suami atau istri kita. Sehingga kita akan siap mencintai suami atau istri kita sesuai batas batas perintah dan larangan Allah kepada kita. Tidak lebih dan tidak kurang.
Kita menyadari bahwa Allah telah menciptakan suami atau istri kita dengan berbagai kekurangan. Sebagaimana kita juga sadar diri bahwa kita juga memiliki banyak kekurangan. namun kita juga yakin bahwa Allah juga telah menciptakan pada diri suami atau istri kita banyak kelebihan.
Disinilah kita menjadikan ridho Allah sebagai tujuan cinta kita. Cinta kepada suami atau istri menjadi agung dan mulia ketika dimuarakan kepada ridho Allah semata. Inilah cinta karena Allah yang sesungguhnya.
Cinta yang bermuara kepada ridho Allah akan menjadi cinta yang luas, kuat, dan menginspirasi ketaatan kepada Allah. Cinta yang akan mampu membimbing kepada kebahagian suami istri dalam bangunan keluarga sakinah mawadah warahmah.
Bukan cinta yang sempit, picik, egois dan kekanakan. Yang hanya akan melahirkan kesempitan hidup rumah tangga dalam kekangan kemarahan, kekecewaan, ketakutan, ketidakpercayaan yang berujung pada penderitaan lahir batin dunia akhirat.
Dalam hal ini Sahabat Ibnu ‘Abbas Ra berkata,
من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك. وقد صارت عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا.
“Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak akan bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabatan seperti itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir).
Tidak diragukan lagi bahwa relasi suami istri adalah sebagai dua sahabat dekat bahkan sangat dekat. Bukan sekedar hubungan formal yang dirangkai dengan hak dan kewajiban semata. Persahabatan yang sangat dekat itu hingga tak ada lagi batas batas pribadi keduanya. hingga suami dan istri saling mengenal dengan sedetik detilnya baik lahir maupun batin. Tidak ada lagi rahasia yang tak diketahui masing masing. Bahkan melebihi intensitas hubungan dengan kedua orang tua. Sampai sampai Allah mengibaratkan suami adalah pakaian bagi istri. Dan istri adalah pakaian bagi suami. Alangkah indah dan tepatnya ibarat itu.
Surat Al-Baqarah Ayat 187
Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur’an? Klik di sini sekarang!
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”
Al Hasan Al Bashri berkata,
إنَّ أحبَّ عبادِ الله إلى الله الذين يُحببون الله إلى عباده ويُحببون عباد الله إلى الله ، ويسعون في الأرض بالنصيحة
“Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasehat pada orang lain.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 224).
Jika cinta kepada saudara mukmin saja mesti karena Allah maka tentu lebih lagi pentingnya mencintai istri pun hanya karena Allah. Karena begitu dekat hubungan suami istri. Dan begitu besar ketergantungan satu sama lain dalam upaya mengarungi kehidupan dunia menujua ridho Allah SWT.
Wahai suami istri, marilah kita berupaya selalu untuk menjadikan cinta kita hanya karena Allah. Semoga.[]