Jalan Gelap? Pakai Lampu Yuk!
abu zaid
Sobat, manusia itu bodoh. Bodoh segala galanya. Hal yang nampak nyata di depan mata saja belum tentu faham. Apalagi tentang perkara ghoib. Lebih jauh lagi lah. Bahkan saking bodohnya manusia tak bisa ngitung jumlah rambut nya sendiri. Tul gak? Lagian apa gunanya? Kurang kerjaan.
Apalagi tentang konsep benar salah dalam hidup. Pastinya lebih ngawur lagi. Kacau lah kalo manusia diberikan kewenangan membuat konsep kehidupan. Menentukan benar dan salah menurut akal. Konsep tentang pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, politik, dll yang jika ditetapkan bisa merealisasikan kesejahteraan untuk setiap orang tanpa diskriminasi agama dan ras. Pastinya sangat subyektif. Sehingga berbeda dan bertentangan satu sama lain.
Manusia paling modern sekalipun hanya menghasilkan konsep sekuler kapitalis. Pemerintahan Demokrasi yang notabene tidak Demokratis. Dan ekonomi kapitalis yang menghancurkan dunia untuk kepentingan segelintir orang. Apakah konsep begitu yang diharapkan mensejahterakan manusia seluruhnya? Omong kosongkan? Pasti.
Nah, sesungguhnya jalan hidup ini gelap. Tanpa petunjuk manusia pasti tersesat. Karena hakikat benar salah manusia itu ga ngerti. Bagaimana mungkin hidupnya bisa benar? Karena itulah Allah menurunkan petunjuk yakni wahyu yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.
Wahyu itu laksana pelita. Bagaikan lampu yang terang benderang. Menyinari jalan hidup manusia secara jelas dan gamblang.
Ibarat naik motor tanpa lampu di malam gelap maka kemungkinan celaka sangat besar. Bukan hanya bahaya menabrak orang lain. Namun juga bahaya ditabrak orang lain. Karena ga terlihat.
Jadi fungsi cahaya itu ada dua sisi. Agar kita bisa melihat orang lain. Yakni hak dan kewajiban orang lain. Juga agar kita bisa terlihat oleh orang lain. Yakni hak dan kewajiban yang Allah tetap kan atas kita terhadap orang lain. Hingga hidup ini menjadi jelas hak dan kewajiban setiap orang. Tidak saling tabrakan dan mencelakakan.
Hidup dalam kegelapan jahiliyah seperti saat ini. Kejadian saling tabrak antara manusia sangat besar. Saling memakan hak secara batil. Saling menzholimi. Saling menumpahkan darah dan melanggar kehormatan. Darah, harta dan kehormatan tiap orang tak terjaga. Hancur lah kehidupan manusia dalam nestapa akibat penjajahan dan perbudakan satu sama lain. Yang kuat menindas yang lemah. Yang kaya menindas yang miskin. Yang berkuasa menindas rakyatnya. Jadinya homo homini lupus. Hukum rimba berjaya.
Oleh karena itulah Allah telah memberikan peringatan yakni berupa risalah Islam. Jika diikuti akan selamat bahagia. Namun jika diabaikan akan celaka. Risalah Islam itulah cahaya yang menerangi jalan hingga kita bisa selamat.
Surat Thaha Ayat 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Lampu sudah tersedia. Cahaya sudah menerangi. Islam kaffah sudah Allah turunkan. Tinggallah kita mau pakai atau tidak. Tentu dengan semua konsekuensinya.
Karena itu Sobat, kalo mau hidup kita terang jalannya harus kembali kepada syariat kaffah. Nah, disinilah pentingnya khilafah sebagai institusi penerap Islam kaffah satu satunya. Selamat ngopi dan berjuang terus Sobat.[]