Home DAKWAH JANGAN KITA PAKAI UKURAN BAJU ORANG LAIN

JANGAN KITA PAKAI UKURAN BAJU ORANG LAIN

40

JANGAN KITA PAKAI UKURAN BAJU ORANG LAIN

abu zaid

Kok dia bisa? Kenapa aku nggak? Dia bisa anaknya sekolah di sekolah favorit, aku mestinya bisa juga dong. Dia saja bisa liburan akhir tahun ke luar negri. Kenapa aku tidak? Dia bisa ganti mobil tiap tahun, kenapa aku tidak? Dia bisa kemana kemana pakai mobil kenapa aku mesti pakai bis umum? Kenapa aku mesti naik motor? 

Mungkin begitu yang sering terjadi pada banyak orang ya sobat. Kita ngukur ngukur urusan dunia kita dengan orang lain. Kalo dia bisa kenapa saya tidak. Ibarat kita pakai baju tapi ukuran baju orang lain. Akhirnya kalo ga kesempitan ya kedodoran. Akhirmya kesulitan sendiri. Capek deh!

Ada kejadian beberapa tahun lalu. Saya dihubungi seorang kawan yang gelisah karena biaya sekolah di satu sekolah favorit amat mahal menurut dia. Trus saya bilang bahwa saya pun tak sekolahkan anak di sana karena tidak sesuai kemampuan saya. Masih banyak sekolah yang bagus untuk anak anak kita yang sesuai kemampuan kita. Yang paling penting dimanapun anak kita sekolah maka anak kita harus ngaji.

Sobat, amat tak bijak jika kita pakai ukuran orang lain untuk urusan dunia. Jika ini kita lakukan berarti kita telah jatuh ke dalam kebodohan yang fatal. Sebab jika kita melakukan hal itu maka kita sama saja mempersulit diri sendiri. 

Apa yang biasa terjadi pada akhirnya? Akhirnya, SPP anak nunggak berbulan bulan bahkan lewat setahun sebab dari awal memang kita ga mampu. Akhirnya setelah maksain liburan utang menumpuk. Akhirnya setelah nyewa mobil padahal bisa naik bis umum uang untuk kebutuhan keluarga terpakai. Akhirnya, karena ikutan gaya orang lain kita mati gaya. Tragis bukan?

Padahal sekedar gaya hidup yang mubah itu tak berkaitan dengan mulia dan hinanya kita di dunia. Apalagi di akhirat. Yang ada justru karena maksain diri  padahal ga mampu akhirnya kita malah hina dihadapan manusia. Bagaimana tidak hina jika kemudian utang menumpuk susah dibayar. Akhirnya malah nyusahin orang lain karena ambisi kita diluar kemampuan. Sedih kan?

Padahal untuk urusan dunia mestinya kita lihat orang yang dibawah kita bukan yang diatas. Biar kita mudah bersyukur bukan malah terjebak kufur nikmat. insyaallah dengan begitu urusan kita jadi lebih mudah dan ringan.

Memang sikap seorang muslim yang benar, hendaklah dia selalu melihat orang di bawahnya dalam masalah harta dan dunia. Betapa banyak orang di bawah kita berada di bawah garis kemiskinan, untuk makan sehari-hari saja mesti mencari utang sana-sini, dan masih banyak di antara mereka keadaan ekonominya jauh di bawah kita. Seharusnya seorang muslim memperhatikan apa yang Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan dalam hal ini.

Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,

أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي وَلَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي

“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): [1] Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, [2] beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR. Ahmad)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه

“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Hajar mengatakan, “Yang dimaksud dengan al khalqu adalah bentuk tubuh. Juga termasuk di dalamnya adalah anak-anak, pengikut dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan duniawi.” (Fathul Bari, 11/32)

Sementara kalo untuk urusan akhirat. Untuk urusan ngaji, dakwah dan perjuangan Islam maka kita mestinya melihat ke atas. Ya Allah ternyata  ustadz Fulan bisa ngisi ngaji sepekan 5 kali. Kalo ustadz Fulan bisa 7 kalo malah dalam sepekan. Nah aku mestinya juga bisa seperti dia. Paling tidak 3 kali lah. Ya Allah ternyata ustadz Fulan infaqnya jauh lebih gede padahal gajiku lebih gede dari dia, aku juga mau lah seperti dia. Nah, gitu baru Joss. 

Jangan sampai malah sebaliknya sobat. Kalo urusan dunia, urusan harta, maka kita lihat ke atas. Sementara urusan dakwah malah kita lihat ke bawah. Kalo begini cara hidup kita insyaallah hidup kita akan tambah ruwet dan mumet dari hari ke hari. Karena mindset kita yang salah total.

Yuk ah, pakai celana ukuran kita sendiri jangan pakai ukuran celana orang lain biar ga melorot. 😊. Wallahu a’lam.

Selamat berjuang Sobat. Moga kita istiqomah. Aamiin.[]