Karakter Tangan Di Bawah dan Pemimpin Zholim
abu zaid
Seiring makin lama sistem jahiliyah kapitalisme menguasai dan mengatur manusia maka masyarakat makin rusak. Bukan sekedar rusak secara ekonomi dan politik. Namun lebih besar dan lebih dalam dari semua itu adalah rusak secara pemikiran, pemahaman dan perasaan.
Salah satunya adalah hilang rasa malu akibat rusaknya standar akhlaq alias adab. Dari sisi para penguasa sudah tidak punya malu lagi melakukan perbuatan perbuatan yang rendahan dan menghalalkan segala cara. Demi tujuan pribadi dan kelompoknya penguasa tanpa malu merubah UU. Tanpa malu melakukan segala rekayasa agar ambisinya tercapai.
Disisi lain rakyat yang sering kali ditipu bukannya memperbaiki diri dengan tidak memilih penguasa penipu namun malah sekedar ambil untung. Kurang lebih prinsip mereka adalah kalo janji calon penguasa belum tentu dipenuhi maka yang penting milih yang kasih uang. Rakyat bermental tangan dibawah. Yang penting dikasih uang. Ga peduli kualitas calon penguasa. Ga peduli moral dan akhlaq calon penguasa. Yang penting kasih uang beres perkara. Mau penipu kek. Mau pendusta kek. Ingkar janji kek. Semua ga peduli.
Akhirnya terjadilah lingkaran setan sistem kufur demokrasi. Penguasa terpilih karena sebar uang sehingga mesti dibackup oleh oligarkhi sebagai pemodal. Sementara rakyat makin masa bodoh yang penting kasih uang maka dipilih. Sementara oligarkhi makin berpesta karena siapapun yang terpilih adalah orang yang mereka bayari. Disisi lain nasib buruk akan selalu bersama rakyat karena pada akhirnya oligarkhi yang dibackup penguasa akan mengurus semua hal demi keuntungan bisnis mereka. Inilah yang terjadi sekarang.
Jadi mental tangan dibawah. Yang puas dengan pemberian alias sogokan beberapa lembar kertas bernomor. Serta beberapa kilogram sembako lah yang makin memuluskan baiknya penguasa zholim. Yang akan makin memperlancar semua rencana bisnis oligarkhi sebagai pemilik kekuasaan sesungguhnya. Bahkan semua UU dan kebijakan penguasa akhirnya mengabdi kepada kepentingan bisnis mereka. Hutan lindung pun boleh ditambang. Begitu mudahnya oligarkhi mendapatkan konsesi Tabang hingga ratusan ribu hektar. Padahal penduduk asli Rempang sekedar bertahan pada sepetak tanah untuk tempat tinggal pun begitu sulit.
Sikap mental tangan dibawah. Merupakan salah satu bentuk wahn alias cinta dunia dan takut mati. Tidak mau berjuang untuk Islam. Tidak mau berjuang untuk akhirat. Yang penting dapat uang. Meskipun jumlahnya pun tak seberapa tergadaikan lah aqidah. Tergadaikan lah hidup anak cucu.
Inilah wajib asli demokrasi yang penuh tipu tipu. Memang dari, oleh dan untuk rakyat. Tapi hidup susah dan menderita itulah yang dari, oleh dan untuk rakyat. Sementara hidup sejahtera hanyalah milik, oleh dan untuk oligarkhi dan para penguasa.
Dalam hadits tentang penyakit wahn, Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda;
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).
Cinta dunia dan takut mati di sini adalah dua hal yang saling melazimkan. Itu berarti jika seseorang tertipu dan terlalu cinta pada dunia, maka ia pun begitu khawatir pada kematian. Lihat pembahasan dalam ‘Aunul Ma’bud. Inilah yang membuat rasa takut terhadap kematian itu tercela.
Mengapa para penguasa yang jelas jelas berakhlaq buruk. Pembohong dan penipu serta zholim kepada rakyat kok masih bisa terpilih dalam pemilu? Karena rakyatnya sendirilah yang juga sangat buruk. Sehingga Meraka tak peduli baik buruknya para penguasa yang penting mereka hanya memilih yang memberikan uang sogok menjelang pemilu. Na’udzubillah min dzalik. Wallahu a’lam.[]