Semua Dijual Murahan
abu zaid
Miris…benar benar miris. Gegara dukung mendukung capres cawapres. Ormas Islam besar terbelah. Bahkan terjadi pecat memecat. Tentu saja karena beda pilihan. Ironis bukan?
Berpecah belah ini tidak hanya terjadi pada satu ormas bahkan melanda hampir semua ormas Islam. Bukan hanya ormas bahkan hampir semua partai berbasis massa Islam. Semua hanya demi capres cawapres yang didukungnya. Rela saling bermusuhan dengan sesama muslim. Bahkan dengan muslim satu ormasnya. Ironis bukan?
Tidak cukup sampai disana. Para kyai, ustadz, Gus dan ulama pun ikutan turun gunung. Sama juga saling bersaing memperebutkan suara umat Islam demi capres cawapres dukungannya tanpa malu malu lagi. Tanpa peduli posisinya sebagai ulama mestinya menjadi penerang dikala umat kebingungan. Malah ada yang terang terangan ikutan mbagi mbagi duit kepada jamaah pengajian demi junjungan yang didukungnya. Ironis bukan?
Padahal, sudah sangat jelas bahwa tidak ada satu pun capres cawapres yang bersedia menerapkan syariat Islam secara kaffah. Ingat, tidak satu pun! Berarti jelas bahwa mereka sua berpecahbelah bukan untuk Islam.
Terlebih lagi, pasangan capres cawapres yang bersaing dalam pemilu bukanlah calon yang dipilih oleh umat Islam, atau ormas Islam atau ulama. Mereka hanya terima jadi bahwa calon capres cawapres ada 3 pasang. Bahwa si A berpasangan dengan si B. Si D dengan si E. Sama sekali mereka ga dilibatkan. Mereka hanya dituntut untuk mendukung salah satu pasangan saja.
Lalu siapa yang menentukan pasangan capres cawapres itu? Siapa yang menentukan hanya ada 3 pasang calon? Siapa yang menentukan si A harus dengan Si B dan seterusnya?
Hayo siapa yang menentukan? Partai tentu nya. Dan pastinya ketum partai. Dan ketum partai pastinya harus ikut keputusan oligarkhi. Karena oligarkhi lah yang membiayai mereka dengan imbalan mendapatkan semua keuntungan dari proyek pembangunan dan eksploitasi kekayaan alam di negeri ini.
Bagaimana sudah faham kah?
Jadi demi mendukung calon yang dipilih oleh oligarkhi mereka saling cakar. Saling bersaing hingga berpecahbelah. Dah bukan rahasia umum lagi bahwa semua demi imbalan tertentu dari tim sukses yang mengoperasikan dana besar dari oligarkhi.
Begitulah politik kotor kapitalisme yang murahan. Demi dunia yang sedikit mereka mampu menjual akhiratnya. Padahal dunia ini hanyalah permainan.
Dalam surat Muhammad Ayat 36 Allah berfirman:
إِنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْـَٔلْكُمْ أَمْوَٰلَكُمْ
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.”
Sungguh malang nasib umat Islam di negeri ini. Mereka diperalat oleh tokoh tokohnya untuk mendukung salah satu pasangan. Paling paling dapat amplop 100 atau 200 ribu. Kemudian dibawa kepada penderitaan 5 tahun berikutnya. Dalam duka cita mendalam karena dijauhkan dari ridho Allah SWT dengan tidak menerapkan syariat Islam secara kaffah. Juga dalam derita kehidupan dunia berupa kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan terus menerus.
Mau sampai kapan begini?
Wallahu a’lam.[]